JANJI ALLAH KEPADA ORANG YANG
BERIMAN DAN BERTAQWA
QS. AL-MAIDAH AYAT 65
Makalah
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Program Tutorial
PAI-MKDU
Sinta Legian Wulandari
Oleh
Qurrotul A’yun 1203250
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
KAMPUS CIBIRU
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta karunianya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ayat kajian yang berjudul “JANJI ALLAH KEPADA ORANG YANG
BERIMAN DAN BERTAQWA”.
Makalah ini berisikan
mengenai isi kandungan Qur’an surat Al-Maidah ini
menjelaskan mengenai janji-janji Allah yang akan diberikan kepada orang yang
beriman, baik itu orang yahudi maupun orang islam.
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena, itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata penulis
sampaikan terima kasih kepada pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
Bandung, 30
November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR
ISI............................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang.....................................................................................................
B. Manfaat
penulisan...............................................................................................
C. Referensi
yang digunakan dan alasan menggunakan referensi tersebut.............
BAB
II PEMBAHASAN
A. Isi QS. Al-Maidah Ayat 65.....................................................................
B. Terjemahan..............................................................................................
C. Asbabun-Nuzul dan tafsir.......................................................................
BAB
III KESIMPULAN.........................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa
ini telah banyak kita mendengar mengenai Istilah Ahli Kitab. Ahli kitab adalah
orang-orang yang diberi kitab sebelum Al-Qur’an. Orang-orang tersebut adalah
Yahudi dan Nasrani. Ahli Kitab terdahulu adalah orang-orang yang mengikuti
ajaran Kitab (Taurat dan Injil) yang masih murni, yaitu ajaran mengenai
mengEsakan Allah SWT.
Namun
sayangnya, para ahli kitab tersebut telah banyak yang menyimpang dan telah
mengubah isi dari kitab Taurat dan Injil. Kitab-kitab tersebut sudah tidak lagi
murni seperti pertama diturunkannya. Banyak ahli kitab yang menjadi tidak
beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul
pembawa Risalah Islam. Al Qur'an menjelaskan bahwa ahli kitab, selain mereka
yang menyimpang dari ajarannya yang asli dan mengingkari Nabi Muhammad SAW dan
Al Qur’an yang beliau bawa, juga ada ahli kitab yang beriman.
Dan Allah SWT telah menjanjikan kepada
Ahli Kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani, barangsiapa diantara mereka
meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Esa dan
merupakan Tuhan dari agama-agama terdahulu yang dibawakan oleh Nabi-Nabi
sebelum Nabi Muhammad. Karena ajaran yang dibaawa oleh Nabi-Nabi terdahulu
merupakan Ajaran Tauhid, yaitu menyembah kepada Tuhan Yang satu, Allah SWT.
Berdasarkan
hal yang disebutkan diatas, maka disusunlah dalam makalah kajian ayat ini akan
di bahas mengenai bagaimana janji-janji yang telah Allah berikan kepada Ahli
Kitab dan seluruh umat manusia yang ada di dunia ini. Dan sebagai bahan acuan,
mkalah ini juga menberikan beberapa tanda-tanda keberimanan dan ketaqwaan yang
dimiliiki oleh seseorang.
B. Manfaat Penulisan
Dalam
pembuatan makalah kajian ayat ini diharapkan dapat memilki manfaat :
1. Dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai siapa yang dimaksud dengan ahli kitab;
2. Dapat memberikan gambaran mengenai
perihal ketidak berimanan ahli kitab kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW;
3. Mengetahui bagaimana janji-jani yang
Allah berikan kepada Ahli Kitab bilamana mereka beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT dan mengakui kebenaran Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi pembawa Risalah
dan kabar gembira.
4. Mengetahui tanda-tanda orang yang
beriman dan bertaqwa.
C. Referensi
Dalam pembuatan makalah kajian ayat
ini, penulis mengambil referensi dari berbagai sumber yang dinilai penulis
sangatrelefan dengan ayat yang akan dikaji yaitu mengenai Janji Allah kepada
Ahli Kitab (orang Yahudi dan Nasrani) jika mereka beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa
dan kepada Nabi Muhammad sebagai Nabi pembawa Risalah dan kabar gembira kepada
umat di dunia. Referensi yang Diantara referensi tersebut yaitu :
1. Buku Tafsir
2. Internet
3. Al qur’an Terjemah
BAB
II
JANJI
ALLAH KEPADA ORANG YANG BERIMAN DAN BERTAQWA
A. Isi dan Terjemah
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا
لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ
Artinya : “ Dan sekiranya Ahli
Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan
mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh
kenikmatan.” (QS. Al-Maidah : 65)
B. Tafsir
Pada
ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa
andaikata Ahli Kitab itu (yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi dan
Nasrani) beriman kepada Allah dan kepada Nabi Muhammad saw selaku Nabi akhir
zaman, dan mereka bertaqwa dengan menjauhi pekerjaan –pekerjaan dosa, niscaya
Allah mengampuni segala dosa dan kejahatan yang telah mereka perbuat. Dan Allah
akna memasukkan mereka kedalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Pengampunan
Allah dan surga yang telah dijanjikan itu tergantung kepada iman, takwa dan
ketaatan mereka. Iman tanpa taqwa adalah suatu kemunafikan yang hanya
dipergunakan untuk mencari keuntungan dunia belaka.
Ayat
ini menegaskan bahwa Allah SWT Maha Pengampun dan mengampuni dosa-dosa
orang-orang yang beiman dan bertaqwa.
C. Kandungan
Ayat
1. Siapakah
Ahli Kitab itu ?
Ahli
Kitab (Yahudi dan Kristen) adalah dua prototipe umat para Nabi yang gagal
mempertahankan keistimewaan yang dimiliki. Semestinya, dengan anugerah kitab
dan kenabian yang mereka dapatkan, mereka menjadi umat yang paling depan dalam
beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tetapi yang terjadi justru
sebaliknya, mereka menjadi umat yang paling kufur kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Umat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang diberi anugerah
sama sudah semestinya mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kebejatan
Yahudi dan Kristen tersebut.
Ahli Kitab,
dijelaskan oleh QS. Ali ‘Imran 3:186 adalah umat yang pernah diberi kitab
sebelum al-Qur`an. Kitab yang dimaksud, disebutkan dalam ayat ke 65; Taurat
dan Injil. Umat yang diberi dua kitab tersebut adalah Yahudi
dan Kristen/Nashrani. Kedua umat ini divonis kafir oleh Allah SWT dan akan
masuk neraka dengan kekal di dalamnya disebabkan menolak kenabian Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (QS. Al-Bayyinah 98).
Dalam surat Ali Imran (3:71) dan
surat Al Baqarah (2:79) dijelaskan bahwa :
“Hai ahli kitab, mengapa kamu
mencampur-adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran,
padahal kamu mengetahuinya?” (QS. Ali Imran:71).
“Maka kecelakaan yang besarlah
bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu
dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan
yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka,
akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang
besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al
Baqarah:79).
Dari dua ayat di atas, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa pada masa kenabian pada saat Al Qur'an diturunkan,
kondisi ahli kitab sudah sedemikian parahnya mengalami penyimpangan dari
ajarannya yang asli. Mereka mencampur-adukkan yang benar dan yang bathil dan
menutup-nutupi kebenaran. Sehingga pada titik ini kita bisa menyatakan bahwa
sesungguhnya kondisi ahli kitab saat Nabi Muhammad SAW diutus dengan ahli kitab
saat ini adalah identik.
Hal ini
diperkuat lagi dengan dua ayat berikut yang secara lugas menyatakan bahwa
sesungguhnya atau pada dasarnya yang disebut ahli kitab itu adalah mereka yang
telah menerima kitab sebelum Al Qur'an dimana kebanyakan dari mereka itu memang
tidak beriman dan bertakwa.
Disebabkan hati
yang sudah mengeras seperti batu, maka kitab-kitab Allah SWT tersebut pun
diperlakukan seenaknya, sesuai kepentingannya. Disebabkan kedengkian yang akut
terhadap bangsa Arab dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW dari bangsa Arab (QS.
al-Baqarah 2:109) bukan dari bangsa Israel, mereka pun kemudian mengubah
ayat-ayat yang jelas tersebut (QS. al-Baqarah 2: 74-75, 146). Dalam waktu yang
lain, demi mendapatkan pengakuan masyarakat umum dan dengan sendirinya
mendapatkan keuntungan duniawi, mereka berani menambahkan kandungan baru terhadap
kitab Allah SWT dengan mengatasnamakan Allah SWT, padahal jelas itu adalah ulah
tangan mereka sendiri. (QS. An-Nisa` 4:46, Al-Ma`idah 5:13, 41, Al-Baqarah
2:79).
Kritikan
al-Qur`an ini menemukan pembenarannya dalam Bibel/Alkitab yang ada di tangan Yahudi-Kristen
dewasa ini. Terdapat variasi Alkitab. Masing-masingnya bahkan jelas nama
penulisnya (Lukas, Markus, Matius, Yohanes). Kandungannya banyak yang merupakan
duplikasi dari ajaran Yunani-Romawi yang mendominasi wacana keagamaan saat itu.
Umat
Islam sudah seyogianya tidak menelantarkan kitabnya seperti itu. Al-Qur`an itu,
diibaratkan Allah SWT jika diturunkan kepada gunung maka gunung akan hancur
remuk saking takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (QS. al-Hasyr 59:21).
Maka umat Islam jangan lebih keras daripada bebatuan gunung. Gunung saja hancur
remuk, maka aneh jika hati manusia tidak tergerak sama sekali. Allah Subhanahu
wa Ta'ala menyebut Al-Qur`an sebagai pengajaran, obat hati, petunjuk pada
jalan kebenaran dan anugerah rahmat (QS. Yunus 10:57). Maka jangan sampai umat
Islam mengabaikan semuanya itu. Al-Qur`an mesti rutin dibaca, dipahami
maknanya, dihayati kandungannya, dihafal pengajarannya, dan diamalkan
ajarannya. Jika ini terabaikan, maka pasti umat Islam akan ‘rusak’ sebagaimana
Ahli Kitab sebelumnya.
2. Orang yang Beriman di antara Ahli
Kitab
Namun
demikian, tetap ada yang memaksa menganggap: tidak bisa tidak bahwa yang
dimaksud ahli kitab itu adalah mereka yang benar-benar memegang teguh kitabnya,
seperti Buhairah dan Waraqah bin Naufal. Walaupun ayat-ayat Al Qur'an di atas
sudah membantah hal ini, namun ada baiknya dijelaskan juga.
Siapakah
Buhairah dan Waraqah bin Naufal itu? Buhairah adalah pendeta yang mencegah Abu
Tholib untuk meneruskan perjalanan ke Syiam untuk berdagang karena beliau tahu
bahwa Muhammad kecil kelak akan menjadi nabi akhir zaman. Dia khawatir orang
Yahudi akan membunuh Muhammad kecil jika mereka tahu tentang hal ini. Sedangkan
Waraqah bin Naufal adalah seorang pendeta yang juga paman Siti Khadijah (istri
Nabi). Waraqah menjelaskan bahwa peristiwa di Gua Hira' yang dialami Nabi
merupakan pertanda bahwa sang suami (Muhammad) telah diangkat sebagai nabi
Allah SWT. Mereka berdua ini adalah contoh ahli kitab yang tetap memegang teguh
agama mereka yang asli.
Al
Qur'an menjelaskan bahwa ahli kitab, selain mereka yang menyimpang dari
ajarannya yang asli dan mengingkari Nabi Muhammad SAW dan Al Qur’an yang beliau
bawa, juga ada ahli kitab yang beriman. Mari kita lihat ayat-ayat Al Qur'an di
bawah ini.
“Mereka
itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus,
mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka
juga bersujud (sembahyang).” QS.Ali Imran (3:113).
“Dan
sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada
apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka
berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan
harga yang sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya
Allah amat cepat perhitungan-Nya.” QS. Ali Imran (3:199).
Ahli kitab yang beriman tentunya
akan mengambil diri sebagai orang yang beriman atau mukmin. Sebagaimana
pernyataan Waraqah bahwa kalau dia masih ada umur, tentu dia akan menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW juga. Begitu juga dengan Salman Al Farisi RA, salah
satu pahlawan Perang Khandaq. Beliau dilahirkan sebagai majusi dan kemudian
pindah ke agama Nasrani dan mengabdi kepada beberapa pendeta Nasrani. Pada
titik ini, tentu kita akan mengatakan bahwa Salman adalah ahli kitab. Namun
kemudian, dalam perjalanannya beliau Salman akhirnya bisa bertemu Nabi Muhammad
SAW dan masuk Islam. Ahli kitab yang beriman tentu masuk Islam (menjadi muslim)
dan menjadi mukmin (beriman).
3. Janji
Allah Kepada Orang Yang Beriman dan Bartaqwa
Dalam QS. Al Maidah:66, Allah SWT
menerangkan bahwa apabila Ahli Kitab itu (Yahudi dan Nasrani) benar-benar
menjalankan hukum Taurat dan injil seperti mengEsakan Allah SWA dan berpegang
pada barita gembira yang tedapat dalam Taurat dan Injil tentang ke-Nabian
Muhammad, tentulah Allah akan meapangkan kehidupan mereka. Jika pada QS
Al-Maidah ayat 65, Allah SWT menjanjikan kebahagiaan akhirat kepada Ahli Kitab,
apabila mereka beriman dan bertaqwa, maka ayat 66 ini Allah menjanjikan pula kebahagiaan
duniawi kepada mereka yaitumemberi kelapangan rejeki dengan melimpahkan
rahmatNya dari langit, dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Meskipun demikian
mereka tetap durhaka dan menentang Rasul-Rasul Allah.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang
Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka
yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka
akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhuatiran kepada mereka,
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(QS. Al Baqarah 62).
Allah
SWT telah menjanjikan kepada Ahli Kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani,
barangsiapa diantara mereka meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT adalah
Tuhan Yang Esa dan merupakan Tuhan dari agama-agama terdahulu yang dibawakan
oleh Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad. Karena ajaran yang dibaawa oleh Nabi-Nabi
terdahulu merupakan Ajaran Tauhid, yaitu menyembah kepada Tuhan Yang satu,
Allah SWT.
Dalam kehidupan
umat manusia, memiliki, mempertahankan dan meningkatkan kualitas iman merupakan
sesuatu yang amat berat. Banyak sekali tantangan dan godaannya. Sejarah telah
membuktikan kepada kita, bagaimana Bilal bin Rabah harus menahan pedih menahan
siksa karena dia beriman. Begitu juga dengan Yasir dan Sumayyah yang harus siap
menghadapi kematian karena iman. Jauh sebelumnya, sekelompok pemuda yang
dikisahkan dalam QS. Al Kahfi juga harus bersembunyi di dalam gua agar iman
mereka tetap terjaga dan seterusnya.
Dikarenakan
memiliki, mempertahankan dan meningkatkan kualitas iman amat berat, maka Allah
Swt mengungkapkan janji-janji-Nya kepada orang-orang yang beriman. Janji
tersebut antara lain :
Pertama, orang beriman pasti akan dibela dan mendapat pertolongan. Dalam
memiliki dan mempertahankan iman, ada saja pihak-pihak yang tidak suka dengan
kemantapan iman seseorang atau sekelompok orang. Sejarah telah berulang, betapa
bencinya orang-orang kafir dan munafik kepada kaum muslimin sehingga umat Islam
terus diperangi, sementara kaum muslimin seringkali berada pada posisi yang
amat lemah.
Maka, manakala
kaum muslimin dapat mengalahkan orang-orang kafir yang kuat dan banyak
jumlahnya serta memiliki fasilitas yang lebih canggih, maka kemenangan kaum
muslimin harus disadari sebagai bentuk dari pembelaan dan pertolongan Allah
sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah
beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi
mengingkari nikmat.” (QS. Al Hajj:28)
Penegasan Allah
Swt pasti menolong orang-orang yang beriman juga disebutkan dalam firman-Nya
yang lain: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam perang Badr, padahal
kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah, karena itu bertaqwalah kepada
Allah supaya kamu mensyukuri-Nya.” (QS. Ali Imran:123).
Ingatlah ketika
suatu kaum bertanya kepada Rasul-Nya: “Kapankah datang pertolongan Allah?”
Maka katakanlah: “Sesungguhnya pertolongan itu dekat”. (QS. Al Baqarah:
214).
Kedua, disamping dibela dan ditolong, Allah Swt juga berjanji kepada orang
yang beriman untuk selalu memberikan perlindungan kepada mereka dari kerusakan
iman manakala seorang mukmin memang benar-benar hendak mempertahankan imannya.
Camkanlah firman Allah berikut ini: “Allah pelindung orang-orang yang
beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya
(iman).” (QS. Al Baqarah: 257).
Oleh karena
itu, agar seorang mukimin mendapat perlindungan dari Allah Swt, maka kita harus
memohon perlindungan dari segala hal yang bisa merusak dan melenyapkan iman
Islam, seperti godaan syaitan, kemiskinan, kekufuran dan sebagainya.
Ketiga, yang merupakan janji Allah Swt untuk orang beriman adalah diberi
petunjuk ke jalan yang benar. Tak dipungkiri, hidup di dunia ini acapkali tarik
menarik antara yang haq dan batil. Betapa banyak manusia yang terperosok ke
lembah nista dan membuatnya semakin hina dina. Itu karena mereka tidak mendapat
petunjuk yang benar dan lurus. Sekaliber profesor bahkan kiai pun, jika tidak
mendapat petunjuk dari Allah, maka sikap, langkah dan keputusannya bisa menjadi
salah. Ketundukannya kepada Allah lah yang membuat seseorang mendapat petunjuk,
jalan yang lurus dan menghantarkan seseorang menuju keridhoan-Nya.
Keempat, Allah pun berjanji kepada orang-orang beriman untuk tidak bisa
dimusnahkan. Bukan rahasia lagi, jika orang-orang kafir, baik mereka yang
beragama Yahudi, Nasrani maupun orang-orang musyrik, kerap tidak suka dengan
orang-orang yang beriman. Ketidaksukaan mereka itu dinampakkan dalam bentuk
permusuhan, tak terkecuali pembunuhan secara fisik. Sejarah lagi-lagi berulang,
kaum muslimin yang beriman acapkali dibantai secara keji. Namun sekeras dan
sekeji apapun tindakan mereka terhadap kaum muslimin, tak akan membuat mereka
(kaum kafir) berhasil melumatkan keimanan orang-orang yang beriman.
Inilah janji
Allah di dalam Al Qur’an: “Maka Allah akan memberi keputusan diantara kamu
di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada
orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisaa:
141)
Kelima, orang-orang yang beriman kepada Allah pasti akan diberi keberkahan.
Janji keberkahan dari Allah Swt terhadap orang yang beriman disebutkan dalam Al
Qur’an: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raaf:96).
Keenam, yang merupakan janji Allah untuk orang yang beriman adalah diberi
kekuatan. Perlu diketahui, seseorang bisa kuat bukan semata karena tubuhnya
yang besar dan persenjataannya yang canggih dan lengkap. Sesungguhnya yang
dikatakan kuat dan membuat musuh menjadi gentar adalah ketika kaum muslimin
memiliki kekuatan iman. Dengan kekuatan iman itulah kaum muslimin berani maju,
pantang mundur dalam berjuang dan dengan jihadnya kemenangan bisa dicapai. “Kekuatan
itu hanyalah milik Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang yang beiman”. (QS.
Al Munafiqun: 8). Begitulah Allah menegaskan.
Ketujuh, Allah SWT akan memberikan ketenangan kepada orang-orang yang beriman.
Ingatlah, “…Peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke
belakang dengan bercerai berai. Kemudian Allah menurunkan Rasul-Nya dan
orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir, demikianlah
pembalasan kepada orang-orang yang kafir”. (QS. At-Taubah :25-26)
Kedelapan, Allah Swt menjanjikan kepada orang-orang beriman dan bertaqwa dengan
anugrah kehidupan yang lebih baik. “Barangsiapa yang mengerjakan amal
shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka Kami akan
berikan kehidupan yang lebih baik…”(QS. An Nahl:97)
Janji Allah
selanjutnya adalah akan memberi kemenangan kepada kaum muslimin untuk berkuasa
di muka bumi. Lalu Allah memberi ampunan dan pahala yang besar serta dimudahkan
kehidupannya. Puncak dari janji Allah kepada orang-orang yang beriman adalah
akan dimasukkannya ke dalam Surga yang penuh dengan kenikmatan, kekal untuk
selama-lamanya. Maka, percayalah, janji Allah Swt pasti benar. Dia tak akan pernah
mengingkari janji-Nya.
Kesembilan, Mendapat Pengajaran dari Allah
swt. orang-orang yang bertaqwa kepada Allah swt akan senantiasa mendapatkan
petunjuk dari Allah melalui Al-qur’an, karena memang Al-Qur’an adalah penunjuk
bagi orang-orang bertaqwa-Hudal lil muttaqin- karena hanya orang-orang
yang berupaya menjadi pribadi bertakwalah yang akan mampu menyerap
petunjuk-petunjuk yang Allah ta`ala bentangkan dalam Al-Quranul Karim. Karena
usaha yang dikerahkan untuk menjadi hamba bertakwa membuat mereka akan
mendapatkan pengajaran dari Allah.;
وَاتَّقُوا اللَّهَ
وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya : “Dan bertakwalah kepada
Allah; Allah akan mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
(Qs. Al-Baqarah : 282)
4. Tanda-tanda orang yang beriman dan
Bertaqwa kepada Allah SWT
a. Sangat mencintai Allah SWT
Ketahuilah
bahwa orang kalau sudah mencintai pastinya akan sangat trengginas, cekatan dan
aktif, dan dalam hal ini melakukan berbagai macam kebajikan sebagai wujud akan rasa
cintanya.
Dalilnya, Suarat Al-Baqarah ayat
165.
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ
اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ
ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ
اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Artinya:
“Dan diantara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
Orang
yang tidak memiliki keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT akan senantiasa
menyembah dan mengagungkan segala hal yang dijadikan tandingan-tandingan.
b. Menjadi Kader Perjuangan Islam
Dalil Surat
Al-Anfaal ayat 64-65
فَكَذَّبُوهُ
فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ
كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ
وَإِلَى
عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ
إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ
Artinya:
64. “Maka mereka mendustakan Nuh,
kemudian Kami selamatkan Dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan
Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Sesungguhnya
mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).”
65. “dan (kami telah mengutus) kepada
kaum 'Aad saudara mereka, Hud. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak
bertakwa kepada-Nya?"
c. Selalu Komitmen dalam Syahadatnya
Dalil
Surat Al-Fath ayat 18
لَقَدْ
رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ
فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ
فَتْحًا قَرِيبًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah
telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu
di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan
kemenangan yang dekat (waktunya).”
d. Tiap Pekerjaan selalu didasari Ilmu
Dalil Surat
Al-Isar' ayat 36
وَلا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
e.
Mentaati Aturan.
Dalilnya Surat AN-Nisa' ayat 65
فَلا
وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا
يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: “Maka demi Tuhanmu
(Allah), mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
(Nabi SAW.) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan; kemudian dalam
hati mereka merasa tidak keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.”
f. Hidup Berjamaah
Surat
An-Nisa' ayat 59.
إِنَّ
مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ
لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Artinya:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa
di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari
tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang
manusia), Maka jadilah Dia.”
g. Senantiasa Bersyukur
Dalinya Surat Saba ayat 13.
يَعْمَلُونَ
لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ
رَاسِيَاتٍ اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Atinya:
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman
apa yang dikehendakiNya dari gedung-gedung yang Tinggi dan patung-patung dan
piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di
atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan
sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.”
Ketakwaan
seseorang juga tidak akan terwujud kecuali dia harus menjalankan kewajiban yang
paling besar setelah menjalankan dua kalimat syahadat yaitu menegakkan shalat
lima waktu. Amalan ini merupakan tiang Islam, dan merupakan barometer untuk
menimbang baik atau tidaknya amalan seseorang serta sebagai pembeda yang
membedakan antara seorang muslim dengan orang kafir.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Umat yang pernah diberi
kitab sebelum Al-Qur`an. Kitab yang dimaksud, disebutkan dalam QS. Al-Maidah ayat ke 65; Taurat dan Injil.
Umat yang diberi dua kitab tersebut adalah Yahudi dan Kristen/Nashrani.
2.
Ahli kitab yang beriman tentunya akan mengambil diri sebagai
orang yang beriman atau mukmin. Sebagaimana pernyataan Waraqah bahwa kalau dia
masih ada umur, tentu dia akan menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW juga.
3.
Pada QS Al-Maidah ayat 65, Allah SWT menjanjikan kepada
orang-orang Yahudi dan Nasrani akan mendapat kebahagiaan di dunia dan di
akhirat jika mereka benar-benar beriman dengan sesungguhnya lepada Allah dan
kepada Nabi Muhammad serta bertaqwa.
4.
Tanda-tanda orang yang
beriman kepada Allah SWT adalah; sangat mencintai Allah SWT, menjadi kader
perjuangan Islam, selalu komitmen dalam syahadatnya, tiap pekerjaan selalu
didasari dengan ilmu, senantiasa mentaati aturan, selalu hidup berjamaah dan
senantiasa bersyukur kepada Allah.
B. Saran
1. Untuk
pembaca agar dapat mengambil pelajaran dan ibroh dari makalah ini, yang
membahas mengenai janji Allah kepada orang yang beriman dan bertaqwa.
2. Untuk
para pembuat makalah selanjutnya, agar dapat mempeluas paradigma dan pandangan
penulisan mengenai tema kajian ayat tersebut yang nantinya sebagai bahan
referensi dan kelengkapan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim Tahsin
Departemen Agama. 1991.Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid II Juz 1-6. Dana
Bhakti Wakaf
Uhwah Islam.
[Online] Tersedia : http://uswahislam.blogspot.com/2012/04/tanda-tanda-orang-beriman-menurut-al.html
Majalah Asysyariah Online. [Online] Tersedia http://asysyariah.com/taqwa-dan-keutamaannya.html
Sarwo, J. Asbâbun Nuzûl Surat an-Nisâ’
(4), Ayat: 65 [Online] Tersedia : http://jatisarwoedy.blogspot.com/2011/12/asbabun-nuzul-surat-nisa-4-ayat-65.html.
[15 Desember 2011].
Bijadin D .Getaran Sebuah Bicara. [Online] Tersedia : http://keinsafan-diri-ini.blogspot.com/2012/09/janji-allah-kepada-orang-yang-beriman.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar