Senin, 29 Juli 2013

Janji Allah Kepada Orang Yang Beriman dan Bertaqwa



JANJI ALLAH KEPADA ORANG YANG BERIMAN DAN BERTAQWA
QS. AL-MAIDAH AYAT 65
Makalah
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas  Individu Program Tutorial
 PAI-MKDU
Sinta Legian Wulandari





Oleh
Qurrotul A’yun 1203250

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS CIBIRU
BANDUNG
2012

KATA PENGANTAR


Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ayat kajian yang berjudul “JANJI ALLAH KEPADA ORANG YANG BERIMAN DAN BERTAQWA”.
Makalah ini berisikan mengenai isi kandungan Qur’an surat Al-Maidah ini menjelaskan mengenai janji-janji Allah yang akan diberikan kepada orang yang beriman, baik itu orang yahudi maupun orang islam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena, itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin   




Bandung,  30 November 2012



Penulis



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.....................................................................................................
B.     Manfaat penulisan...............................................................................................
C.     Referensi yang digunakan dan alasan menggunakan referensi tersebut.............
BAB II PEMBAHASAN
A.    Isi QS. Al-Maidah Ayat 65.....................................................................
B.     Terjemahan..............................................................................................
C.     Asbabun-Nuzul dan tafsir.......................................................................
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dewasa ini telah banyak kita mendengar mengenai Istilah Ahli Kitab. Ahli kitab adalah orang-orang yang diberi kitab sebelum Al-Qur’an. Orang-orang tersebut adalah Yahudi dan Nasrani. Ahli Kitab terdahulu adalah orang-orang yang mengikuti ajaran Kitab (Taurat dan Injil) yang masih murni, yaitu ajaran mengenai mengEsakan Allah SWT.
Namun sayangnya, para ahli kitab tersebut telah banyak yang menyimpang dan telah mengubah isi dari kitab Taurat dan Injil. Kitab-kitab tersebut sudah tidak lagi murni seperti pertama diturunkannya. Banyak ahli kitab yang menjadi tidak beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul pembawa Risalah Islam. Al Qur'an menjelaskan bahwa ahli kitab, selain mereka yang menyimpang dari ajarannya yang asli dan mengingkari Nabi Muhammad SAW dan Al Qur’an yang beliau bawa, juga ada ahli kitab yang beriman.
Dan Allah SWT telah menjanjikan kepada Ahli Kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani, barangsiapa diantara mereka meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Esa dan merupakan Tuhan dari agama-agama terdahulu yang dibawakan oleh Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad. Karena ajaran yang dibaawa oleh Nabi-Nabi terdahulu merupakan Ajaran Tauhid, yaitu menyembah kepada Tuhan Yang satu, Allah SWT.
Berdasarkan hal yang disebutkan diatas, maka disusunlah dalam makalah kajian ayat ini akan di bahas mengenai bagaimana janji-janji yang telah Allah berikan kepada Ahli Kitab dan seluruh umat manusia yang ada di dunia ini. Dan sebagai bahan acuan, mkalah ini juga menberikan beberapa tanda-tanda keberimanan dan ketaqwaan yang dimiliiki oleh seseorang.
B.     Manfaat Penulisan
Dalam pembuatan makalah kajian ayat ini diharapkan dapat memilki manfaat :
1.      Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai siapa yang dimaksud dengan ahli kitab;
2.      Dapat memberikan gambaran mengenai perihal ketidak berimanan ahli kitab kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW;
3.      Mengetahui bagaimana janji-jani yang Allah berikan kepada Ahli Kitab bilamana mereka beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan mengakui kebenaran Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi pembawa Risalah dan kabar gembira.
4.      Mengetahui tanda-tanda orang yang beriman dan bertaqwa.

C.    Referensi
          Dalam pembuatan makalah kajian ayat ini, penulis mengambil referensi dari berbagai sumber yang dinilai penulis sangatrelefan dengan ayat yang akan dikaji yaitu mengenai Janji Allah kepada Ahli Kitab (orang Yahudi dan Nasrani) jika mereka beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha  Esa dan kepada Nabi Muhammad sebagai Nabi pembawa Risalah dan kabar gembira kepada umat di dunia. Referensi yang Diantara referensi tersebut yaitu :
1.      Buku Tafsir
2.      Internet
3.      Al qur’an Terjemah




BAB II
JANJI ALLAH KEPADA ORANG YANG BERIMAN DAN BERTAQWA

A.    Isi dan Terjemah
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ ۝
Artinya : “ Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan.” (QS. Al-Maidah : 65)
B.    Tafsir
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa  andaikata Ahli Kitab itu (yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani) beriman kepada Allah dan kepada Nabi Muhammad saw selaku Nabi akhir zaman, dan mereka bertaqwa dengan menjauhi pekerjaan –pekerjaan dosa, niscaya Allah mengampuni segala dosa dan kejahatan yang telah mereka perbuat. Dan Allah akna memasukkan mereka kedalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Pengampunan Allah dan surga yang telah dijanjikan itu tergantung kepada iman, takwa dan ketaatan mereka. Iman tanpa taqwa adalah suatu kemunafikan yang hanya dipergunakan untuk mencari keuntungan dunia belaka.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT Maha Pengampun dan mengampuni dosa-dosa orang-orang yang beiman dan bertaqwa.
C.    Kandungan Ayat
1.      Siapakah Ahli Kitab itu ?
Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) adalah dua prototipe umat para Nabi yang gagal mempertahankan keistimewaan yang dimiliki. Semestinya, dengan anugerah kitab dan kenabian yang mereka dapatkan, mereka menjadi umat yang paling depan dalam beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, mereka menjadi umat yang paling kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Umat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang diberi anugerah sama sudah semestinya mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kebejatan Yahudi dan Kristen tersebut.
Ahli Kitab, dijelaskan oleh QS. Ali ‘Imran 3:186 adalah umat yang pernah diberi kitab sebelum al-Qur`an. Kitab yang dimaksud, disebutkan dalam ayat ke 65; Taurat dan Injil. Umat yang diberi dua kitab tersebut adalah Yahudi dan Kristen/Nashrani. Kedua umat ini divonis kafir oleh Allah SWT dan akan masuk neraka dengan kekal di dalamnya disebabkan menolak kenabian Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (QS. Al-Bayyinah 98).
Dalam surat Ali Imran (3:71) dan surat Al Baqarah (2:79) dijelaskan bahwa :
Hai ahli kitab, mengapa kamu mencampur-adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?” (QS. Ali Imran:71).
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al Baqarah:79).
Dari dua ayat di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada masa kenabian pada saat Al Qur'an diturunkan, kondisi ahli kitab sudah sedemikian parahnya mengalami penyimpangan dari ajarannya yang asli. Mereka mencampur-adukkan yang benar dan yang bathil dan menutup-nutupi kebenaran. Sehingga pada titik ini kita bisa menyatakan bahwa sesungguhnya kondisi ahli kitab saat Nabi Muhammad SAW diutus dengan ahli kitab saat ini adalah identik.
Hal ini diperkuat lagi dengan dua ayat berikut yang secara lugas menyatakan bahwa sesungguhnya atau pada dasarnya yang disebut ahli kitab itu adalah mereka yang telah menerima kitab sebelum Al Qur'an dimana kebanyakan dari mereka itu memang tidak beriman dan bertakwa.
Disebabkan hati yang sudah mengeras seperti batu, maka kitab-kitab Allah SWT tersebut pun diperlakukan seenaknya, sesuai kepentingannya. Disebabkan kedengkian yang akut terhadap bangsa Arab dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW dari bangsa Arab (QS. al-Baqarah 2:109) bukan dari bangsa Israel, mereka pun kemudian mengubah ayat-ayat yang jelas tersebut (QS. al-Baqarah 2: 74-75, 146). Dalam waktu yang lain, demi mendapatkan pengakuan masyarakat umum dan dengan sendirinya mendapatkan keuntungan duniawi, mereka berani menambahkan kandungan baru terhadap kitab Allah SWT dengan mengatasnamakan Allah SWT, padahal jelas itu adalah ulah tangan mereka sendiri. (QS. An-Nisa` 4:46, Al-Ma`idah 5:13, 41, Al-Baqarah 2:79).
Kritikan al-Qur`an ini menemukan pembenarannya dalam Bibel/Alkitab yang ada di tangan Yahudi-Kristen dewasa ini. Terdapat variasi Alkitab. Masing-masingnya bahkan jelas nama penulisnya (Lukas, Markus, Matius, Yohanes). Kandungannya banyak yang merupakan duplikasi dari ajaran Yunani-Romawi yang mendominasi wacana keagamaan saat itu.
 Umat Islam sudah seyogianya tidak menelantarkan kitabnya seperti itu. Al-Qur`an itu, diibaratkan Allah SWT jika diturunkan kepada gunung maka gunung akan hancur remuk saking takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (QS. al-Hasyr 59:21). Maka umat Islam jangan lebih keras daripada bebatuan gunung. Gunung saja hancur remuk, maka aneh jika hati manusia tidak tergerak sama sekali. Allah Subhanahu wa Ta'ala  menyebut Al-Qur`an sebagai pengajaran, obat hati, petunjuk pada jalan kebenaran dan anugerah rahmat (QS. Yunus 10:57). Maka jangan sampai umat Islam mengabaikan semuanya itu. Al-Qur`an mesti rutin dibaca, dipahami maknanya, dihayati kandungannya, dihafal pengajarannya, dan diamalkan ajarannya. Jika ini terabaikan, maka pasti umat Islam akan ‘rusak’ sebagaimana Ahli Kitab sebelumnya.
2.      Orang yang Beriman di antara Ahli Kitab
            Namun demikian, tetap ada yang memaksa menganggap: tidak bisa tidak bahwa yang dimaksud ahli kitab itu adalah mereka yang benar-benar memegang teguh kitabnya, seperti Buhairah dan Waraqah bin Naufal. Walaupun ayat-ayat Al Qur'an di atas sudah membantah hal ini, namun ada baiknya dijelaskan juga.
            Siapakah Buhairah dan Waraqah bin Naufal itu? Buhairah adalah pendeta yang mencegah Abu Tholib untuk meneruskan perjalanan ke Syiam untuk berdagang karena beliau tahu bahwa Muhammad kecil kelak akan menjadi nabi akhir zaman. Dia khawatir orang Yahudi akan membunuh Muhammad kecil jika mereka tahu tentang hal ini. Sedangkan Waraqah bin Naufal adalah seorang pendeta yang juga paman Siti Khadijah (istri Nabi). Waraqah menjelaskan bahwa peristiwa di Gua Hira' yang dialami Nabi merupakan pertanda bahwa sang suami (Muhammad) telah diangkat sebagai nabi Allah SWT. Mereka berdua ini adalah contoh ahli kitab yang tetap memegang teguh agama mereka yang asli.
            Al Qur'an menjelaskan bahwa ahli kitab, selain mereka yang menyimpang dari ajarannya yang asli dan mengingkari Nabi Muhammad SAW dan Al Qur’an yang beliau bawa, juga ada ahli kitab yang beriman. Mari kita lihat ayat-ayat Al Qur'an di bawah ini.
Mereka itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).” QS.Ali Imran (3:113).
Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.” QS. Ali Imran (3:199).
Ahli kitab yang beriman tentunya akan mengambil diri sebagai orang yang beriman atau mukmin. Sebagaimana pernyataan Waraqah bahwa kalau dia masih ada umur, tentu dia akan menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW juga. Begitu juga dengan Salman Al Farisi RA, salah satu pahlawan Perang Khandaq. Beliau dilahirkan sebagai majusi dan kemudian pindah ke agama Nasrani dan mengabdi kepada beberapa pendeta Nasrani. Pada titik ini, tentu kita akan mengatakan bahwa Salman adalah ahli kitab. Namun kemudian, dalam perjalanannya beliau Salman akhirnya bisa bertemu Nabi Muhammad SAW dan masuk Islam. Ahli kitab yang beriman tentu masuk Islam (menjadi muslim) dan menjadi mukmin (beriman).
3.      Janji Allah Kepada Orang Yang Beriman dan Bartaqwa
Dalam QS. Al Maidah:66, Allah SWT menerangkan bahwa apabila Ahli Kitab itu (Yahudi dan Nasrani) benar-benar menjalankan hukum Taurat dan injil seperti mengEsakan Allah SWA dan berpegang pada barita gembira yang tedapat dalam Taurat dan Injil tentang ke-Nabian Muhammad, tentulah Allah akan meapangkan kehidupan mereka. Jika pada QS Al-Maidah ayat 65, Allah SWT menjanjikan kebahagiaan akhirat kepada Ahli Kitab, apabila mereka beriman dan bertaqwa, maka ayat 66 ini Allah menjanjikan pula kebahagiaan duniawi kepada mereka yaitumemberi kelapangan rejeki dengan melimpahkan rahmatNya dari langit, dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Meskipun demikian mereka tetap durhaka dan menentang Rasul-Rasul Allah.
 “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhuatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al Baqarah 62).
Allah SWT telah menjanjikan kepada Ahli Kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani, barangsiapa diantara mereka meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Esa dan merupakan Tuhan dari agama-agama terdahulu yang dibawakan oleh Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad. Karena ajaran yang dibaawa oleh Nabi-Nabi terdahulu merupakan Ajaran Tauhid, yaitu menyembah kepada Tuhan Yang satu, Allah SWT.
Dalam kehidupan umat manusia, memiliki, mempertahankan dan meningkatkan kualitas iman merupakan sesuatu yang amat berat. Banyak sekali tantangan dan godaannya. Sejarah telah membuktikan kepada kita, bagaimana Bilal bin Rabah harus menahan pedih menahan siksa karena dia beriman. Begitu juga dengan Yasir dan Sumayyah yang harus siap menghadapi kematian karena iman. Jauh sebelumnya, sekelompok pemuda yang dikisahkan dalam QS. Al Kahfi juga harus bersembunyi di dalam gua agar iman mereka tetap terjaga dan seterusnya.
Dikarenakan memiliki, mempertahankan dan meningkatkan kualitas iman amat berat, maka Allah Swt mengungkapkan janji-janji-Nya kepada orang-orang yang beriman. Janji tersebut antara lain :
Pertama, orang beriman pasti akan dibela dan mendapat pertolongan. Dalam memiliki dan mempertahankan iman, ada saja pihak-pihak yang tidak suka dengan kemantapan iman seseorang atau sekelompok orang. Sejarah telah berulang, betapa bencinya orang-orang kafir dan munafik kepada kaum muslimin sehingga umat Islam terus diperangi, sementara kaum muslimin seringkali berada pada posisi yang amat lemah.
Maka, manakala kaum muslimin dapat mengalahkan orang-orang kafir yang kuat dan banyak jumlahnya serta memiliki fasilitas yang lebih canggih, maka kemenangan kaum muslimin harus disadari sebagai bentuk dari pembelaan dan pertolongan Allah sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al Hajj:28)
Penegasan Allah Swt pasti menolong orang-orang yang beriman juga disebutkan dalam firman-Nya yang lain: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam perang Badr, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah, karena itu bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mensyukuri-Nya.” (QS. Ali Imran:123).
Ingatlah ketika suatu kaum bertanya kepada Rasul-Nya: “Kapankah datang pertolongan Allah?” Maka katakanlah: “Sesungguhnya pertolongan itu dekat”. (QS. Al Baqarah: 214).
Kedua, disamping dibela dan ditolong, Allah Swt juga berjanji kepada orang yang beriman untuk selalu memberikan perlindungan kepada mereka dari kerusakan iman manakala seorang mukmin memang benar-benar hendak mempertahankan imannya. Camkanlah firman Allah berikut ini: “Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).” (QS. Al Baqarah: 257).
Oleh karena itu, agar seorang mukimin mendapat perlindungan dari Allah Swt, maka kita harus memohon perlindungan dari segala hal yang bisa merusak dan melenyapkan iman Islam, seperti godaan syaitan, kemiskinan, kekufuran dan sebagainya.
Ketiga, yang merupakan janji Allah Swt untuk orang beriman adalah diberi petunjuk ke jalan yang benar. Tak dipungkiri, hidup di dunia ini acapkali tarik menarik antara yang haq dan batil. Betapa banyak manusia yang terperosok ke lembah nista dan membuatnya semakin hina dina. Itu karena mereka tidak mendapat petunjuk yang benar dan lurus. Sekaliber profesor bahkan kiai pun, jika tidak mendapat petunjuk dari Allah, maka sikap, langkah dan keputusannya bisa menjadi salah. Ketundukannya kepada Allah lah yang membuat seseorang mendapat petunjuk, jalan yang lurus dan menghantarkan seseorang menuju keridhoan-Nya.
Keempat, Allah pun berjanji kepada orang-orang beriman untuk tidak bisa dimusnahkan. Bukan rahasia lagi, jika orang-orang kafir, baik mereka yang beragama Yahudi, Nasrani maupun orang-orang musyrik, kerap tidak suka dengan orang-orang yang beriman. Ketidaksukaan mereka itu dinampakkan dalam bentuk permusuhan, tak terkecuali pembunuhan secara fisik. Sejarah lagi-lagi berulang, kaum muslimin yang beriman acapkali dibantai secara keji. Namun sekeras dan sekeji apapun tindakan mereka terhadap kaum muslimin, tak akan membuat mereka (kaum kafir) berhasil melumatkan keimanan orang-orang yang beriman.
Inilah janji Allah di dalam Al Qur’an: “Maka Allah akan memberi keputusan diantara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisaa: 141)
Kelima, orang-orang yang beriman kepada Allah pasti akan diberi keberkahan. Janji keberkahan dari Allah Swt terhadap orang yang beriman disebutkan dalam Al Qur’an: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raaf:96).
Keenam, yang merupakan janji Allah untuk orang yang beriman adalah diberi kekuatan. Perlu diketahui, seseorang bisa kuat bukan semata karena tubuhnya yang besar dan persenjataannya yang canggih dan lengkap. Sesungguhnya yang dikatakan kuat dan membuat musuh menjadi gentar adalah ketika kaum muslimin memiliki kekuatan iman. Dengan kekuatan iman itulah kaum muslimin berani maju, pantang mundur dalam berjuang dan dengan jihadnya kemenangan bisa dicapai. “Kekuatan itu hanyalah milik Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang yang beiman”. (QS. Al Munafiqun: 8). Begitulah Allah menegaskan.
Ketujuh, Allah SWT akan memberikan ketenangan kepada orang-orang yang beriman. Ingatlah, “…Peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai berai. Kemudian Allah menurunkan Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir, demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir”. (QS. At-Taubah :25-26)
Kedelapan, Allah Swt menjanjikan kepada orang-orang beriman dan bertaqwa dengan anugrah kehidupan yang lebih baik. “Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka Kami akan berikan kehidupan yang lebih baik…”(QS. An Nahl:97)
Janji Allah selanjutnya adalah akan memberi kemenangan kepada kaum muslimin untuk berkuasa di muka bumi. Lalu Allah memberi ampunan dan pahala yang besar serta dimudahkan kehidupannya. Puncak dari janji Allah kepada orang-orang yang beriman adalah akan dimasukkannya ke dalam Surga yang penuh dengan kenikmatan, kekal untuk selama-lamanya. Maka, percayalah, janji Allah Swt pasti benar. Dia tak akan pernah mengingkari janji-Nya.
Kesembilan, Mendapat Pengajaran dari Allah swt. orang-orang yang bertaqwa kepada Allah swt akan senantiasa mendapatkan petunjuk dari Allah melalui Al-qur’an, karena memang Al-Qur’an adalah penunjuk bagi orang-orang bertaqwa-Hudal lil muttaqin- karena hanya orang-orang yang berupaya menjadi pribadi bertakwalah yang akan mampu menyerap petunjuk-petunjuk yang Allah ta`ala bentangkan dalam Al-Quranul Karim. Karena usaha yang dikerahkan untuk menjadi hamba bertakwa membuat mereka akan mendapatkan pengajaran dari Allah.;
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ۝
Artinya : “Dan bertakwalah kepada Allah;  Allah akan mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Qs. Al-Baqarah : 282)
4.      Tanda-tanda orang yang beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT
a.       Sangat mencintai Allah SWT
Ketahuilah bahwa orang kalau sudah mencintai pastinya akan sangat trengginas, cekatan dan aktif, dan dalam hal ini melakukan berbagai macam kebajikan sebagai wujud akan rasa cintanya.
Dalilnya, Suarat Al-Baqarah ayat 165.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ ۝
Artinya:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
           
            Orang yang tidak memiliki keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT akan senantiasa menyembah dan mengagungkan segala hal yang dijadikan tandingan-tandingan.

b.      Menjadi Kader Perjuangan Islam
Dalil Surat Al-Anfaal ayat 64-65
 
فَكَذَّبُوهُ فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ۝
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ ۝


Artinya:
64. “Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan Dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).”
65. “dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"

c.       Selalu Komitmen dalam Syahadatnya
Dalil Surat Al-Fath ayat 18
 
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا ۝
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”

d.      Tiap Pekerjaan selalu didasari Ilmu
Dalil Surat Al-Isar' ayat 36

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا ۝

Artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”



e.         Mentaati Aturan.
Dalilnya Surat AN-Nisa' ayat 65
فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ۝

Artinya: “Maka demi Tuhanmu (Allah), mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Nabi SAW.) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan; kemudian dalam hati mereka merasa tidak keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

f.        Hidup Berjamaah
Surat An-Nisa' ayat 59.
 
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ ۝

Artinya:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia.”
  
g.        Senantiasa Bersyukur
     Dalinya Surat Saba ayat 13.

يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ ۝

Atinya:
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakiNya dari gedung-gedung yang Tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.”
Ketakwaan seseorang juga tidak akan terwujud kecuali dia harus menjalankan kewajiban yang paling besar setelah menjalankan dua kalimat syahadat yaitu menegakkan shalat lima waktu. Amalan ini merupakan tiang Islam, dan merupakan barometer untuk menimbang baik atau tidaknya amalan seseorang serta sebagai pembeda yang membedakan antara seorang muslim dengan orang kafir.















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Umat yang pernah diberi kitab sebelum Al-Qur`an. Kitab yang dimaksud, disebutkan dalam  QS. Al-Maidah ayat ke 65; Taurat dan Injil. Umat yang diberi dua kitab tersebut adalah Yahudi dan Kristen/Nashrani.
2.      Ahli kitab yang beriman tentunya akan mengambil diri sebagai orang yang beriman atau mukmin. Sebagaimana pernyataan Waraqah bahwa kalau dia masih ada umur, tentu dia akan menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW juga.
3.      Pada QS Al-Maidah ayat 65, Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani akan mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat jika mereka benar-benar beriman dengan sesungguhnya lepada Allah dan kepada  Nabi Muhammad serta bertaqwa.
4.      Tanda-tanda orang yang beriman kepada Allah SWT adalah; sangat mencintai Allah SWT, menjadi kader perjuangan Islam, selalu komitmen dalam syahadatnya, tiap pekerjaan selalu didasari dengan ilmu, senantiasa mentaati aturan, selalu hidup berjamaah dan senantiasa bersyukur kepada Allah.

B.     Saran
1.      Untuk pembaca agar dapat mengambil pelajaran dan ibroh dari makalah ini, yang membahas mengenai janji Allah kepada orang yang beriman dan bertaqwa.
2.      Untuk para pembuat makalah selanjutnya, agar dapat mempeluas paradigma dan pandangan penulisan mengenai tema kajian ayat tersebut yang nantinya sebagai bahan referensi dan kelengkapan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Tahsin Departemen Agama. 1991.Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid II Juz 1-6. Dana Bhakti Wakaf
Majalah Asysyariah Online. [Online] Tersedia http://asysyariah.com/taqwa-dan-keutamaannya.html
Sarwo, J. Asbâbun Nuzûl Surat an-Nisâ’ (4), Ayat: 65 [Online] Tersedia : http://jatisarwoedy.blogspot.com/2011/12/asbabun-nuzul-surat-nisa-4-ayat-65.html. [15 Desember 2011].
Bijadin D .Getaran Sebuah Bicara. [Online] Tersedia : http://keinsafan-diri-ini.blogspot.com/2012/09/janji-allah-kepada-orang-yang-beriman.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar